20 July 2011

ISL & LPI Kawin Paksa Tanpa Bahagia

Seperti yang kita ketahui PSSI telah melakukan ritual pergantian pengurusnya yang mengeluarkan keputusan terpilihnya Djohar Arifin sebagai KETUA UMUM PSSI yang baru menggantikan Nurdin Halid dengan kongres luar biasa yang menguras tenaga dan tidak kalah banyaknya lagi menguras materi. Dengan banyaknya polemik yang menerpa pasca terpilihnya Djohar arifin menjabat sebagai ketua pssi yang baru, banyak keputusan-keputusan yang dapat dikatakan sangat fenomenal. Diawali oleh pemecatan alfred riedl merupakan sebuah langkah yang tidak hanya fenomenal namun kontroversial. Nampaknya kontroversial tidak akan berhenti di masalah gonta-ganti pelatih saja.

Namun entah mengapa PSSI periode saat ini akan memaksakan LPI untuk langsung bergabung dengan kasta tertinggi di Indonesia yakni Indonesia Superleague atau ISL. Pengelolaan kompetisi di Indonesia memang masih dapat dikatakan belum tertata dengan baik, namun langkah-langkah menuju kearah sana juga harus dipersiapkan, tidak harus melakukan hal-hal yang dipaksakan dan terkesan meloncat tanpa melalui urutan yang benar. Sebelum kita melihat apakah merger liga ini merupakan hal yang tepat, alangkah baiknya bila kita melihat terlebih dahulu sejarah kompetisi sepakbola di Indonesia.

Perserikatan atau Persyerikatan adalah kompetisi sepak bola Indonesia yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 1931. Cikal bakal kompetisi ini dimulai ketika pada tanggal 19 April 1930,
PSM Yogyakarta (PSIM Yogyakarta) bersama dengan
VIJ Jakarta (sekarang Persija Jakarta),
BIVB Bandung (Persib Bandung),
IVBM Magelang (PPSM Magelang),
MVB Madiun (PSM Madiun),
SIVB Surabaya (Persebaya Surabaya) dan
VVB Solo (Persis Solo)
turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta.
Setelah melalui perbagai pertemuan akhirnya disepakati berdirinya organisasi induk yang diberi nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1931 dan berkedudukan di Mataram.
Sejak tahun itu pulalah kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan.

Sebelum ada perserikatan sebenarnya ada kompetisi di Indonesia yang di Mulai pada tahun 1914 yang di selengarakan oleh NIVB (Nederlandsch-Indische Voetbalbond)/ PSSI-nya Hindia-Belanda yaitu Kejuaraan Antar Kota Hindia Belanda.

Sampai tahun 1979 Kejuaraan Nasional Perserikatan merupakan satu-satunya kompetisi tingkat nasional di Indonesia. Kejuaraan Nasional Perserikatan bersifat amatir. Mulai tahun 1979 Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menyelenggarakan kompetisi sepak bola semiprofesional, diberi nama Liga Sepak Bola Utama disingkat menjadi Galatama. Galatama merupakan salah satu pioner kompetisi semiprofesional dan profesional di Asia selain Liga Hong Kong.

Hingga musim kompetisi 1982 PSSI mengizinkan penggunaan pemain asing di pentas Galatama. Ada satu orang pemain asing asal Singapura yang sangat tenar di kompetisi Galatama yaitu Fandi Ahmad yang memperkuat Niac Mitra Surabaya. Bersama Niac Mitra Fandi Ahmad berhasil membawa klubnya menjadi jawara di Galatama. Namun setelah itu Fandi Ahmad harus keluar dari Indonesia karena adanya regulasi larangan penggunaan pemain asing di Galatama.

Galatama semula diikuti hanya delapan klub. Selanjutnya berkembang terus dan meramaikan putaran kompetisi nasonal yang selama itu pelaksanaannya kurang teratur. Namun Galatama menimbulkan masalah baru, karena klub-klub perserikatan menganggap kehadiran Galatama sebagai hal yang tidak menyenangkan, yang terlalu dimanjakan.
Pada awal-awal kompetisi, minat masyarakat bola cukup tinggi sehingga mampu menyedot setiap pertandingan. Namun di tengah-tengah minat yang tinggi itulah, klub-klub Galatama digerogoti pengaturan skor yang dilakukan oleh para petaruh/penjudi. Akibatnya beberapa pemain yang ketahuan kena suap, diajukan ke pengadilan, demikian juga para penyuapnya. Pamor Galatama dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Terlebih sejak dikeluarkannya pelarangan pemain asing, kemudian adanya kecurigaan main mata antarbeberapa klub, diperparah isu suap. Galatama bukan hanya ditinggalkan penonton, satu per satu klub pesertanya mengundurkan diri.

Tidak hanya itu, wajah sepakbola Indonesia kemudian menjadi semakin beringas. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan wasit, kekurangdewasaan penonton dalam menerima kekalahan dengan mudah dapat menyulut emosi. Kerusuhan demi kerusuhan begitu cepat berubah menjadi amuk. Apalagi hal ini diperparah oleh ketidaktegasan PSSI dalam bersikap pada setiap kasus kerusuhan, sehingga tidak juga menimbulkan efek jera. Akhirnya mimpi-mimpi sepakbola Indonesia menuju pentas dunia, seperti yang dulu dikampanyekan oleh PSSI-pun semakin jauh dari kenyataan.

Menjelang musim kompetisi 1993-1994, tak banyak klub-klub Galatama yang bisa bertahan dari kesulitan finansial. Sungguh berbeda dengan tim-tim asal perserikatan yang masih bisa eksis karena ditopang dana APBD. Untuk menyelamatkan klub-klub Galatama tersebut, PSSI akhirnya melakukan sebuah revolusi dengan membuat sebuah kompetisi baru dengan menggabungkan tim perserikatan dengan Galatama yang dikenal dengan Liga Indonesia pada tahun 1994.

Pada tahun 1994, PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dan membentuk Liga Indonesia, memadukan fanatisme yang ada di Perserikatan dan profesionalisme yang dimiliki Galatama. Dengan tujuan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia. Dalam perjalanannya liga indonesia juga tidak berjalan mulus, krisis politik pada tahun1998 juga mempengaruhi animo masyarakat sepakbola nasional, sepakbola indonesia berusaha untuk bangkit. Ketika tahun 2006 sepakbola nasional dalam hal ini liga indonesia mulai didatangi para peminatnya, rating televisi meningkat, animo penonton ke stadion pun juga kembali tinggi.

Liga Super Indonesia adalah kompetisi sepak bola antar klub profesional level tertinggi di Liga Indonesia.
LSI diselenggarakan oleh PT Liga Indonesia (dahulu BLI) yang dimiliki oleh PSSI. LSI dikuti 18 tim terbaik yang akan saling bertanding satu putaran penuh kompetisi 34 pertandingan, kandang dan tandang. Sistem operasi untuk setiap klub peserta dengan promosi dari dan degradasi ke Divisi Utama.

Musim kompetisi tidak menentu dan disesuaikan dengan kondisi atau suasana yang terjadi di Indonesia.
Sponsor utama LSI adalah perusahaan rokok Djarum, oleh karena itu LSI secara resmi dikenal sebagai Djarum Indonesia Super League. pada musim 2009-2010 AFC menobatkan liga Super Indonesia adalah liga terbaik peringkat 8th se-Asia, dan Liga terbaik se-Asia Tenggara.

Ide dari pelaksanaan sistem liga ini telah dikemukakan sejak tahun 2007 sebagai upaya mewujudkan profesionalisme dalam persepak-bolaan nasional. Alasan lainnya adalah karena format Liga Indonesia pada tahun 2007 yang kurang adil, berlangsung secara sistem setengah kompetisi. Sistem ini menyebabkan tingginya tingkat ketegangan pertandingan dan sangat berpotensi memicu kerusuhan. Alasan terakhir adalah karena terlalu banyak tim peserta (38 tim).

LSI pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008.Kompetisi ini dilaksanakan untuk mengikuti persyaratan FIFA yang menyatakan bahwa liga teratas dari suatu negara harus diikuti oleh paling sedikit 18 klub dan setiap klub diharapkan merupakan klub profesional tanpa dibantu dana subsidi Pemerintah APBD. Pada tanggal 17 September 2010, 20 klub sepakbola Indonesia bersama-sama dengan National Football Gerakan Reformasi Indonesia (GRSNI) mengeluarkan deklarasi di Jakarta yang dipimpin oleh Arifin Panigoro, seorang taipan minyak. Gerakan prihatin akan ketergantungan klub sepak bola untuk anggaran negara masing-masing daerah dan praktek korupsi secara luas dilaporkan dalam PSSI.

Inisiatif ini menyebabkan pembentukan klub baru yang akan tergantung pada dana konsorsium untuk bertahan tahun-tahun awal mereka. Empat klub tua yaitu PERSERBAYA Surabaya, PERSEMA Malang, PERSIBO Bojonegoro, PSM Makassar memutuskan untuk meninggalkan PSSI dan bergabung dengan liga yang memisahkan diri dari PSSI dan mempunyai nama Liga Primer Indonesia (LPI) pada tanggal 24 Oktober 2010. Meskipun banyak klub LPI sekarang didukung oleh pemerintah daerah mereka, tidak satupun dari mereka menggunakan dana publik, sebuah praktek yang masih lumrah di PSSI.

Pengertian Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiri dengan nama perseroannya sementara yang lain lenyap dengan segala nama dan kekayaannya dimasukan dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut.

Merger terbagi menjadi tiga, yaitu:
• Merger horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama), misalnya merger antara dua perusahaan roti, perusahaan sepatu.
• Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contohnya: perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain, perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.
• Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger dengan perusahaan elektronik atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan makanan. Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan Badan Usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar saham antara kedua perusahaan yang disatukan.

Setelah kita melihat sejarah demi sejarah yang saya sajikan dari berbagai sumber tadi, maka akan kita lanjutkan dengan analisa. Pantas atau tidak pantaskah merger ISL-LPI, merger ISL-LPI sangat berbeda jika kita bandingkan dengan merger yang pernah dilakukan antara GALATAMA dan PERSERIKATAN. Kedua kompetisi merupakan jelas kompetisi resmi PSSI, penggabungan keduanya yang melahirkan liga indonesia merupakan bentuk penyehatan kompetisi galatama yang mulai ditinggalkan pesertanya yang mulai berkurang karena animo sponsor dan penonton yang mulai menurun di galatama.

Sehingga bila LPI ingin dimerger dengan ISL yang harus dilakukan adalah pengakuan LPI dahulu, namun pengakuan LPI itu sendiri juga membawa sebuah konsekuensi, yakni klub anggota LPI harus dianggap sebagai anggota PSSI terlebih dahulu. Apabila ini dilakukan maka anggota PSSI dan federasi pada umumnya harus mengikuti sebuah jenjang kompetisi yang tertata dan runut. Sehingga akan melanggar sebuah asas kepantasan dan kepatutan apabila sebuah anggota baru langsung menuju level tertinggi, level suatu klub tidak hanya ditentukan oleh kekuatan finansial yang dimiliki oleh klub tersebut, namun ditentukan oleh level prestasi yang diraih. Sehingga jenjang demi jenjang kompetisi harus diikuti dengan runut. Sehingga apabila merger kompetisi, maka hal itu sangat sangat tidak mungkin.

Lalu muncul isu merger klub LPI dengan klub ISL, seperti diketahui klub ISL adalah sebuah badan hukum apapun bentuknya. PSSI selaku penyelenggara kompetisi hanya berwenang dalam hal kompetisi, namun untuk masalah internal klub diatur oleh klub itu sendiri. PSSI selaku penyelenggara kompetisi, tidak berhak dan tidak bisa memaksakan urusan internal untuk klub itu melakukan merger.

Namun analisa yang dibuat ini tidak akan berarti apapun bila kompetisi dan keputusan yang dibuat hanya berdasarkan kepentingan dan arogansi belaka. Sehingga sangat pantas apabila saya menyebut merger kompetisi maupun merger klub nanti antara ISL-LPI sebagai sebuah “kimpoi paksa” yang tidak dilandasi oleh rasa cinta dan sayang. Dan apabila tetap dipaksakan dan terjadi yang ada hanya kepura-puraan dan manipulasi belaka.

Salam Satoe Jiwa.


source : http://news.aremania. com/2011 /07/20/merger-i sl-lpi-kawin-p aksa-tanpa- cinta-pura-pura-bahagia/



No comments:

Post a Comment