11 September 2012

Kisah 9 Pemain Asing Di Arema


Pemain asing selalu menjadi andalan bagi tiap klub di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, kontribusi pemain asing dianggap bagus sehingga dia dikontrak untuk mendongkrak permainan tim yang bersangkutan.

Namun siapa sangka, kontribusi kadangkala tidak bisa dicapai oleh klub yang menginginkan jasanya. Dan di Arema, pemain asing keluar masuk secara biasa. Dan tidak semuanya berhasil, karena beberapa diantara hanya menjadi gurauan atau makian di stadion Gajayana/Kanjuruhan.

Check This Out !


1) DUO E and E ( EdanE )

Emeleu Serge dan Emile Mbamba. Sayang duet ini tidak bertahan lama karena berbagai sebab. Awalnya, di tahun 2007. Miroslav Janu mengandalkan Emeleu Serge berduet dengan Patricio Morales. Namun cedera di awal musim membuat Serge harus terasing dari tim selama setahun. Kemudian di pertengahan kompetisi, ada Emile Mbamba. Satu-satunya pemain asing di Indonesia yang punya CV melawan Juventus di Liga Champions saat dia membela Maccabi Tel Aviv Israel di penyisihan Grub C.

Duet E dan E alias Edane baru dipadukan saat Arema Indonesia memasuki musim 2008/09. Saat itu, Bambang Nurdiansyah mencobanya melawan Gresik United dalam ajang Piala Gubernur. Hasilnya, EdanE tampil moncer hingga keesokan harinya muncul julukan Edan atas buah kinerja keduanya.

Namun, saat melawan Bontang FCl, duet ini dipaksa berpisah. Aksi Mbamba yang mencoba membanting papan nomor pergantian membuat PSSI menghukum dia selama 5 tahun.

● Emeleu Serge adalah pemain muda terbaik Kamerun 2003.

Gol yang dibuat oleh Serge pada Copa Indonesia pada tahun 2006 masuk 10 gol terbaik Asia.



2) ASIA TIMUR KURANG BERKARAKTER

Selama Arema berdiri, ada dua saja pemain Asia timur yang membela tim ini, yaitu Han Yong Kuk dan Kim Yong Han. Sayang sekali, gaya negeri ginseng yang spartan teknik dengan stamina full tidak didapat dari keduanya.

Han Yong Kuk direkrut Arema usai Arema kedatangan pemain seleksi asal Jepang pada tahun 2001 yang bernama Sasaki Imei. Namun Daniel Rukito sebagai pelatih ketika itu rupanya tidak begitu tertarik dengan kemampuan Sasaki. Maka Han Yong Kuk 3 minggu kemudian didatangkan dan mengikuti seleksi di Arema. Pemain yang berposisi sebagai striker itupun lolos seleksi dan menjadi tandem Bamidelle Frank Bob Manuel.

Debut pertama Han Yong Kuk bersama Arema terjadi ketika melawan PSM Makassar di Stadion Gajayana Malang yang berakhir dengan skor 0-1 untuk keunggulan juara bertahan 2000, PSM. Dia sendiri di Arema masih kalah moncer jika dibandingkan dengan Bob Manuel.

Pemain kedua adalah Kim Yong He. Tidak perlu diceritakan panjang lebar karena pemain Arema yang berkebangsaan Korea ini memang punya keunggulan dari segi stamina. Namun stamina saja tidak cukup tanpa dibarengi teknik yang memadai sebagai pemain gelandang pembagi bola.

● Entah kebetulan atau tidak, Han Yong Kuk adalah pemain FC Hallelujah yang berujicoba dengan Arema di awal pendirian tim Arema.

● Tidak banyak pemain Asia Timur yang mencoba peruntungan di Arema Indonesia. Seorang kawan berujar unik. "Mereka (Asia Timur) punya dosa besar kepada bangsa Singosari ketika menyerang kerajaan Kartanegara,". Entah benar atau tidak mitos itu, karena patih yang terkenal di Malang bernama Kebo Arema.



3) WE LOVE YOU PAPA ...

Kapten, pemimpin, yang dituakan, pengayom, dan sebutan lain yang mengarah pada sosok yang melindungi rekan-rekannya. Dia adalah Pierre Njanka Beyaka. Pemain Arema Indonesia yang sebelum di Arema bermain di Persija Jakarta.

Njanka begitu dihormati di kalangan pemain. Semua prosesi acara di Arema tidak akan dimulai sebelum kedatangan Njanka. Bahkan sosok Noh Alamshah yang bengal di luar lapangan bisa tunduk ketika sang kapten memberikan masukan.

Pendek kata, Njanka adalah tipikal pemain asing yang memberikan teladan yang baik kepada pemain muda. Meski sudah hengkang ke Aceh United hingga Persisam. Njanka tetap tidak bisa dilupakan dengan mudah oleh Aremania.

● Njanka adalah salah satu sedikit legenda hidup Piala Dunia milik Afrika yang bermain di Indonesia, sebelumnya ada Roger Milla (Pelita Jaya 1994), Maboang Kesack (Pelita Jaya 1994), Ali Kadafi (Bontang)
● Njanka tidak dipakai oleh Persija karena dia dianggap tua. "Persija ingin menggunakan pemain asing yang lebih muda, saya melihat Robert ingin pemain yang berpengalaman untuk mengayomi skuat muda milik Arema," kata Onana agen Njanka saat itu

Panggilan Papa masih tersemat oleh beberapa pemain Arema meski Njanka sudah berpindah klub selain di Arema.



4) LELUCON BERNAMA SANTONI

Tidak ada yang mengenal Santoni ketika dia datang di Arema pada musim 2011/12. Browsing di Internet menunjukkan pemain itu adalah mantan penyerang Persikabo Kabupaten Bogor. Uniknya, di forum dunia maya Kaskus sempat melontarkan pernyataan menggelitik perihal Santoni, "Gile.. ternyata masih ada yang mau ama Santoni." kata dia.

Tentu pernyataan dia terbukti selama setengah musim di Arema. Gaya main yang mudah jatuh serta sering protes ke wasit membuat Santoni seperti lelucon di depan ribuan suporter di di Kanjuruhan. Dia pun tidak mencetak gol sama sekali ketika dipercaya untuk bermain.

Ada pemain asing yang lebih lucu?

● "Fuck u....," Kalimat yang sering diucapkan Santoni kepada wasit jika sang pengadil dianggap merugikannya.

● Tentang Santoni ini seorang teman berkelakar, "Pemain Arema yang memakai Tato tidak akan berkembang dengan baik di Arema,", lalu ketika disudutkan dengan fakta Franco Hitta, dia bilang lagi, "Hitta tambah jelek mainnya ketika memakai Tato"
● Fakta Unik lainnya : Hitta dan Rodrigo sama-sama punya Tato gambar Singa



5) FANTASTIC FOUR

Kumpulan pemain asing paling fenomenal yang ada di Arema. Julukan fantastic four tersemat ketika ada spanduk besar yang ada di Kanjuruhan yang memunculkan namanya. Mereka adalah Noh Alamshah, Muhammad Ridhuan, Esteban Guillen, dan Roman Chmelo.

Tanpa mengesamping peran satu pemain asing lagi yang ada di belakang yang diisi oleh Njanka ataupun Gollian untuk musim 2009 hingga 2011. Peran keempat pemain ini memberikan teror ke gawang lawan sangat kuat.

Ridhuan punya kecepatan di sayap kanan untuk menyisir dan mendribel bola. Esteban punya kemampuan jitu sebagai pengoper dan eksekutor bola mati. Roman Chmelo punya tugas menjemput bola, kemudian punya opsi membagikan atau menembak langsung, sedangkan Noh Alamshah berperan sebagai penyelesai serangan.

Gelar yang didapat oleh fantastic four tersebut adalah juara Indonesia Super Liga 2009/10, runnerup Piala Indonesia 2009/10, dan runner up ISL 2010/11.



6) MENGONTRAK 11 PEMAIN ASING

11 pemain asing pernah di kontrak Arema. Tidak secara bersamaan tentunya, yaitu bergantian satu sama lain. Pemilihan ini dilakukan karena ketika itu prestasi Arema sedang naik turun. Sempat bertengger di posisi pertama, Arema mengalami pasang surut yang dipermainkan oleh penyelenggara kompetisi ketika itu. Hingga akhirnya di penghujung kompetisi berada di peringkat 10.

Siapa pemain yang datang.....

- Aaron Nguimbat

- Esaia Pello Benson
- Almarhum Soleymane Traore (5 ISL)

- Emaleu Serge (5 ISL) (1 PI)
-
Emile Mbamba (4 ISL)
-
Buston Browne (1 ISL)
- Boubacar Keita
- Liontin Chitescu
- Patricio Morales (3 ISL)
- Roman Chmelo (2 ISL)
- Fortune Udo (2 ISL)



7) PERCUMA DIKONTRAK

Ketika Liga Indonesia II lagi musim pemain asing. Maka Arema ikut dalam tren itu. Pemain asing yang direkrut adalahPeter McBride dan Alex Stiokos. Catatan berita di harian Bhirawa di tahun 1995 keduanya bermain bersama Arema di awal Liga Indonesia II 1995/1996. Bahkan dalam ingatan Redaksi mereka bermain bersama Arema kurang dari 4 pertandingan saja! Alex yang berasal dari Australia bermain di posisi defender.



8) THREE MUSKETEER CHILE

Gubahan lirik lagu suporter timnas Chile ada di Arema, dengan nada "Ayo Ayo Arema.. Sore Ini Kita Harus Menang", lagu ini berkembang di seantero penjuru Negeri dengan lirik yang disesuaikan dengan klub masing-masing. Ya, dialah Juan Rubio, pemain asing Arema asal Chile yang begitu dicintai. Dia datang ke Arema untuk kemudian menjadi tiga serangkai trio Chile edisi pertama. Selain Juan Rubio, ada JC Moreno dan Nelson Sanchez.



9) BRAZIL CONNECTION

Empat pemain Brasil menjadi tulang punggung Arema untuk mengarungi kejamnya rimba liga dari kampung ke kampung dalam Divisi I Liga Indonesia. Dari Kampung ke Kampung karena kebanyakan kontestan Divisi I banyak berasal dari tim kabupaten, bukan ibukota Propinsi layaknya kompetisi tertinggi.

Peran pemain asing yaitu Claudio De Jesus (bek), Joao Carlos (playmaker), Junior Lima (striker), dan Rivaldo Costa (striker) sangat kentara. Mereka dipadukan dengan nama-nama senior semacam Putu Gede dan Aris Budi Prasetyo.


No comments:

Post a Comment