19 March 2008

Srimulat Ala PSSI

PSSISeperti yang sudah diprediksikan sebelumnya, Raparnas PSSI di Bali tidak memberikan “manfaat konkrit” bagi sepakbola nasional. Bahkan menurut salah satu media regional Jawa Timur, Raparnas PSSI tak ubahnya sebuah ajang tipu-tipu. Banyak fakta yang mengindikasikan hal tersebut, diantaranya adalah tidak hadirnya Nirwan D. Bakrie selaku Wakil Ketua Umum PSSI dan tujuh anggota Exco PSSI. Padahal momen Raparnas ini semestinya dijadikan ajang titik balik menyelamatkan sepakbola nasional dari titik nadir saat ini.

Berikut kutipan berita dari harian Jawapos terkait pelaksanaan Raparnas PSSI :

Raparnas Tipu-Tipu, Dari 4 Hari Jadi 8,5 Jam
Rapat paripurna nasional (raparnas) merupakan salah satu agenda penting bagi sebuah organisasi, tak terkecuali untuk PSSI. Dalam raparnas, dibahas evaluasi mengenai pelaksanaan program kerja sekaligus pematangan program untuk ke depan. Karena itu, raparnas identik dengan keseriusan.

Namun sayang, nuansa tersebut tidak sepenuhnya dapat ditangkap dari Raparnas PSSI di Bali. Memang, badan-badan dan komisi-komisi di PSSI memaparkan hasil dan program kerjanya. Sebut saja Badan Liga Sepak Bola Indonesia (BLI), Badan Tim Nasional (BTN), atau Badan Perwasitan Sepak Bola Indonesia (BWSI). Namun, jalannya raparnas itu jauh dari kesan serius.

Bayangkan saja, dalam raparnas tersebut, banyak pengurus teras PSSI yang tidak hadir. Salah seorang yang tidak datang adalah Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan D. Bakrie. Padahal, seiring dengan dipenjaranya Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, Nirwan merupakan pemegang kendali otoritas sepak bola Indonesia itu. Selain Nirwan, tujuh anggota Executive Committee (Komite Eksekutif/Exco) PSSI juga tidak menampakkan batang hidungnya.

Kemarin (18/3), hanya ada enam anggota Exco. Mereka adalah Mafirion, M. Zein, Ibnu Munzir, Subardi, Haruna Soemitro, dan Iwan Budianto. Ironis memang. Sebab, Exco merupakan perumus kebijakan di PSSI. “Kepemimpinan di PSSI itu kolektif. Semua anggota Exco bisa memimpin jalannya raparnas ini. Jadi, wakil ketua umum tidak harus datang,” dalih Mafirion, yang juga juru bicara PSSI. “Ini kan raparnas tipu-tipu,” sambung salah seorang anggota Exco yang namanya enggan dikorankan.

Tipu-tipu? Sepertinya, memang kenyataannya begitu. Banyak fakta yang menggambarkan hal tersebut. Selain ketidakhadiran banyak pengurus teras PSSI, para perwakilan pengurus daerah (pengda) yang hadir terlihat tidak begitu antusias menyimak jalannya raparnas.

Fakta lain yang lebih mencengangkan adalah keluarnya tiga anggota Exco dari ruang rapat. Ketiganya adalah M. Zein, Haruna, dan Iwan. Hampir empat jam mereka meninggalkan arena rapat yang diadakan di Hotel Le Meridien, Tabanan, Bali, tersebut.

Ini jelas sesuatu yang aneh. Sebab, saat mereka pergi, rapat masih berlangsung. Ketiganya meninggalkan tempat rapat pada pukul 12.41 Wita (11.41 WIB). Dengan menumpang Toyota Carry warna hitam bernomor polisi DK 1 CM, mereka meluncur entah ke mana. Ketiganya baru kembali pada pukul 16.45 Wita. “Kami keluar untuk cari makan,” kilah Haruna. “Saya tidak cocok dengan masakan di hotel. Karena itu, kami cari makan di luar,” tambah Iwan.

Yang lebih tragis, raparnas hanya efektif dijalankan tidak lebih dari 8,5 jam. Padahal, dalam agendanya, ditulis empat hari, dari 17 hingga 20 Maret 2008. Tapi kenyataannya, raparnas efektif dilaksanakan kemarin saja. Dibuka pukul 10.00 Wita dan selesai pukul 18.30 Wita.

Senin (17/3) lalu, memang sudah ada agenda. Tapi, itu hanya registrasi dan pra-meeting. “Rancangan kami memang empat hari. Tapi, kalau dalam perjalanannya teman-teman pengda sudah puas dan menyetujui evaluasi dan program kerja kami, tentu kami sudah harus menyudahi raparnas ini,” dalih Mafirion.

“Kalau bisa dihemat, kenapa tidak? Dengan penghematan ini, kan ada kesempatan bagi teman-teman untuk jalan-jalan ke Bali,” imbuh Chairullah Siregar, ketua Pengda PSSI Sumatera Utara. (fim/diq)

Yang mengherankan, pssi-football.com sebagai media resmi PSSI sama sekali tidak memberitakan perkembangan terbaru dari Raparnas ini. Bahkan website ini tidak lagi diupdate sejak hari Minggu 16 Maret 2008 dengan berita terakhir adalah pertandingan timnas junior di Uruguay. Kalau masalah di dalam negeri belum selesai, ngapain jauh-jauh ngupdate berita dari benua lain?

Tampilan website PSSI
tampilan website PSSI yang tidak mengupdate berita tentang Raparnas

Sebelum pelaksanaan Raparnas, dikabarkan salah satu pengurus PSSI yang enggan disebutkan namanya menemui Menegpora Adhyaksa Dault terkait niatan Menegpora untuk memidanakan pengurus PSSI apabila sangsi dari FIFA benar-benar dijatuhkan kepada sepakbola Indonesia.

Adhyaksa menilai hal tersebut (sangsi pembekuan dan cekal dari FIFA) menghina dan mencemarkan nama baik bangsa Indonesia. Berikut kutipan laporan hal tresebut seperti dilansir dari goal.com:

Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora), Adhyaksa Dault, kembali menegaskan ancamannya untuk mempidanakan pengurus PSSI. Hal itu terkait ultimatum yang diberikan federasi asosiasi sepakbola dunia (FIFA) terhadap otoritas sepakbola Indonesia.

Menurut Adhyaksa, dirinya cukup serius untuk menuntut para pengurus PSSI yang datang menemuinya beberapa waktu lalu. Tentu, jika FIFA akhirnya menjatuhkan sanksi kepada sepakbola Indonesia.

Seperti diketahui, akibat krisis kepemimpinan yang melanda otoritas sepakbola nasional, maka FIFA memberikan ultimatum agar PSSI segera menyesuaikan pedoman dasarnya dengan Statuta FIFA, serta melakukan pemilihan ulang ketua umumnya.

“Sekali lagi saya katakan bahwa saya sangat serius untuk mempidanakan pengurus PSSI yang datang menemui saya beberapa waktu lalu jika saja sepakbola Indonesia akhirnya dijatuhi sanksi. Sebab, mereka telah memberikan keterangan palsu,” ujar Adhiyaksa.

Lebih lanjut, ia menambahkan, dalam pertemuan tersebut para pengurus PSSI yang menemuinya telah memeberikan garansi bahwa ultimatum FIFA itu akan segera mereka laksanakan. Sehingga, mereka pun berani menjamin bahwa hukuman tersebut tidak akan pernah ada. *Yuslan Kisra

Entah pikiran apa lagi yang ada di benak para pengurus PSSI. Saat ini pun nyata-nyata AFC maupun AFF tidak akan memberikan ampunan kepada PSSI apabila nantinya palu vonis sudah diketok.

Dalam salinan surat AFC ke PSSI tertanggal 6 Maret 2008 yang beredar di kalangan wartawan, otoritas sepakbola Asia itu meminta PSSI segera mematuhi perintah FIFA tersebut. Desakan itu mencuat, setelah PSSI terkesan mengulur-ulur waktu dalam menyelesaikan revisi pedoman dasarnya. Padahal, mereka tinggal mengadopsi statuta FIFA. Sehingga, tidak sulit bagi PSSI untuk segera merampungkan revisi tersebut.

“Kami memberikan batas waktu 4 Mei kepada PSSI untuk segera menuntaskan ratifikasi pedoman dasarnya. Sebetulnya, mereka pernah berjanji menyelesaikan revisi sampai Februari. Tapi, sampai Maret ini kami belum menerima draf itu. Kami ingin PSSI segera menyerahkan draf itu,” tulis Dato Paul Mony, Sekretaris Jenderal (Sekjen) AFC, dalam suratnya ke PSSI.

Lebih lanjut, ia menambahkan, jika saja PSSI tidak bisa menyelesaikan ratifikasi itu hingga batas waktu yang ditetapkan, maka pihaknya pun tidak segan-segan memberikan sangsi. Termasuk, memebekukan keanggotaan PSSI. *Yuslan Kisra/goal.com

Padahal saat ini baik FIFA maupun AFC, dan yang terakhir adalah AFF sudah tidak lagi mengakui Nurdin Halid sebagai ketua umum PSSI.

Dalam situs resmi mereka yang memuat berita sepakbola Indonesia di www.aseanfootball.org/affiliates_04.asp, nama ketua umum PSSI dikosongkan. Disitu, mereka hanya menyebut nama Nugraha Besoes selaku sekjen PSSI.Dengan demikian, maka keberadaan ketua umum PSSI Nurdin Halid, nampaknya sulit untuk dipertahankan. Sebab, otoritas sepakbola internasional sudah tidak mengakuinya.

Jika saja hal ini tidak segera diatasi, maka jelas pertanda buruk bagi pentas sepakbola nasional. Terutama, dalam menghadapi tekanan dunia internasional. Pendeka kata, organisasi sepakbola nasional harus segera menuruti permintaan FIFA, yakni, melakukan revisi pedoman dasar serta menggelar pemilihan ulang ketua umumnya. Jika tidak, maka sangsi internasional jelas sudah menanti.

Tapi repotnya Nurdin Halid tidak pernah menunjukkan sikap jiwa besar buat mengundurkan diri. Malah ia terus berlindung di balik antek-antek pengurus yang masih membelanya dengan menari sejuta cara buat bisa terus bertahan di kursi ketua umum sampai seumur hidup. *Yuslan Kisra/goal.com

(foto: pssi-football.com dan amandadeutsch.wordpress.com)

No comments:

Post a Comment